Langsung ke konten utama

Kursus Bahasa Jepang IMC

International Multicultural (I’Mc) Center adalah tempat belajar bahasa Jepang dan budaya Jepang di Surabaya. I’Mc Center berusaha menjadi sebuah wadah untuk masyarakat Indonesia yang ingin belajar Bahasa Jepang serta budayanya serta menjadi sumber informasi bagi pelajar yang ingin melanjutkan study ke Jepang. Selain itu,I’Mc Center juga merupakan publisher tunggal buku Bahasa Jepang Minna no Nihongo di Indonesia yang selalu digunakan sebagai buku teks di program studi jurusan Bahasa Jepang di seluruh universitas Indonesi.  Sumber: http://www.imccsub.com/tentang-i-mc.html



VISI

I’Mc Center menjadi window of the world ternama yang dapat mewadahi berbagai aktivitas multi sosial, berbudaya dan mengutamakan kepentingan masyarakat, serta mampu menghasilkan SDM Indonesia yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan kemanusaiaan. Lebih terfokus di bidang pendidikan dan budaya Jepang.

MISI

  • Menyelenggarakan pendidikan dan berbagai pelatihan yang dilaksanakan dalam bentuk devisi-devisi dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
  • Menjalin berbagai bentuk kerjasama yang aplikatif dengan lembaga-lembaga dalam dan luar negeri untuk menopang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengayaan budaya.
  • Menjalin kerjasama bisnis yang saling menguntungkan dengan para pelaku bisnis dalam dan luar negeri untuk menciptakan lapangan kerja.
  • Melaksanakan kegiatan sosial untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
  • Menjembatani hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan berbagai Negara.
  • Memberikan pelayanan yang profesional kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya Negara yang akan studi lanjut ke Jepang, atau yang ingin melaksanakan hubungan bisnis dengan Jepang atau sebaliknya.

KERJASAMA I’MC CENTER DENGAN BERBAGAI LEMBAGA

  • Japan Student Service Organization (JASSO), Jepang: Menyelenggarakan ujian masuk perguruan tinggi Jepang.
  • ICEA (International Cross Cultural Exchange Association), Jepang: Bekerjasama dalam bidang pengiriman tenaga sukarelawan untuk tenaga penutur asli bahasa Jepang.
  • ABK (Ajia Gakusei Bunka Kyoukai), Jepang: Menerbitkan buku kumpulan soal-soal ujian kemampuan bahasa Jepang level 4.
  • 3 A Network, Jepang: Menerbitkan buku-buku pelajaran bahasa Jepang, seperti : Buku Minna no Nihonggo I dan II, dll.
  • The Japan Foundation, Jepang: Menerbitkan buku Kana Nyumon.
  • SMA Negeri 5 Surabaya, Indonesia: Meningkatkan pendidikan bahasa Jepang dan memperkenalkan kebudayaan Jepang untuk siswa-siswi di Sekolah Menengah Atas.

Pimpinan

Prof.Dr.Djodjok Soepardjo, M.Litt.  Latar Belakang Pendidikan:
  1. 1981 (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang,FKSS-IKIP Bandung.
  2. 1983~1984 Training Program for Teacher of Japanese Language,(The Japan-Foundation, Tokyo)
  3. 1986~1988 Japanese Teacher Training Program. (Osaka University)
  4. 1991~1992 Research Student. (Faculty of Letters Nagoya University
  5. 1992~1994 (S2) Master of Letters. Major in Japanese Literature and Linguistics.
  6. (The Graduate School of Letters of Nagoya University) 1997~1997 (S3)Doctor of Letters. Major in Japanese Literature and Linguistics.
  7. (The Graduate School of Letters of Nagoya University) 1999~2000 The Japan Foundation Japanese Education Fellowship Program.
  8. (The Graduate School of Letters of Nagoya University) Sept,2010-Oct 2010 The Immersion Program for BAN PT Assessor NIAD-UE- Japan.
Pengalaman Kerja:
  • 1983~Sekarang Dosen Program Pendidikan Bahasa Jepang FBS-UNESA
  • 2000~Sekarang Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Pascasarjana UNESA
  • 1997~2003 Kepala Pusat Study Jepang UNESA
  • 1998~2002 Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNESA
  • 2000~2005 Executive Director for The Jawa Pos Nihon-Indonesia Culture (NICE) Center.
  • 2005~2008 Executive Director International Multi Cultural (I’Mc) Center.
  • 2004~Sekarang Asesor D3,S1,S2 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. (BAN-PT)
  • 2006~Sekarang Trainer for Brain Revolution Training (BRT).
  • 2008~2012 Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Asing FBS-UNESA
  • 2008~2012 Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FBS-UNESA
  • 2009~2010 Tim Penyusun Instrumen Penulisan Buku Ajar Bahasa Asing (Bhs. Jepang) , BSNP dan PUSBUK.
  • 2009~2010 Tim Penyusun Buku Pedoman Program PPG Bahasa Asing, Dirjen Pendidikan Tinggi.
  • 2010~ Penyusun Instrumen Borang Akreditasi Program PPG, BAN-PT.

Logo Inspiration I'Mc Center

Berawal dari bentuk dasar bunga sakura yang merupakan bunga identitas khas negara Jepang, ini melambangkan bahwa lembaga ini membentuk sebuah kerja sama international dalam hal kebudayaan khususnya kepada negara Jepang.

Jumlah kelopak bunga sakura tersebut berjumlah 6, ini sebagai simbolisasi ke-enam nisi dari I'Mc Center itu sendiri yang di lambangkan dengan mekarnya bunga sakura. Ini di artikan bahwa I'Mc Center akan mengalami sebuah progres dan masa kejayaan dalam hal ini diartikan sebagai sebuah kesempurnaan saat dimana bunga sakura mekar.

Pemvisualisasian bentuk lengkung dimaksudkan sebuah kemudahan dan keinteraktifan lembaga mencapai sebuah tujuannya serta dikesankan dengan bentuk yang modern serta tidak monoton. Jika diamati maka bentuk kelopak bunga sakura ini akan terlihat terbuka, ini diartikan bahwa I'Mc Center mewadahi berbagai macam aktifitas multi sosial.

Bagian tengah dari kelopak bunga terdapat sebuah bagian negatif (bagian terbalik/dalam hal ini warna) yang membentuk siluet dari ekspresi gembira sesorang, ini di artikan bahwa I'Mc Center memberikan pelayanan, baik pembelajaran maupun pendalaman pengenalan budaya secara menyenangkan dan mudah dipahami.

Selain itu pada kelopak terdalam membentuk dua buah ekspresi wajah yang sedang berinteraksi, dengan simbolisasi sebuah senyuman dan perckapan. Ini dimaksudkan bahwa I'Mc center akan menjalin sebuah kerja sama, interaksi dan saling berkomunikasi untuk dapat mencapai visi dan misinya, yaitu untuk menciptakan dan mewadahi adanya hubungan internasional dan aktifitas multisosial.

Kekuatan logo ini selain pada kelopak bunga sakura yang berjumlah enam, juga terdapat pada ujung logo yaitu simbolisasi sebuah lingkaran merah, ini diartikan sebagai simbol kesempurnaan dan keproffesionalan I'Mc Center dalam memberikan pelayanannya. Terlihat simbol lingkaran ini seperti terangkat, ini diartikan bahwa I'Mc Center akan memberikan yang terbaik dengan berpedoman pada visi dan misinya.

Penggunaan warna merah maroon pada kelopak terdalam diartikan bahwa I'Mc Center mempunyai sebuah semangat untuk bisa mencapai tujuan yang diarancang dan tanpa lepas dari kesan elegant sebagai simbol keproffesionalan.

Warna tutunan merah maroon pada kelopak bunga sakura yang kedua dan ketiga merupakan wujud simbolisasi dari membagi ilmu pengetahuan dan informasi kepada konsumen secra terus menerus tanpa terbatas.

Penggunaan warna merah yang bergradasi mulai dari bagian terluar yang berwarna merah terang, dan menjadi semakin gelap, semakin kedalam atau sebalikny, ini diartikan bahwa jenjang dalam I'Mc Center mempunyai sebuah ikatan baik antara junior dengan junior, senior dengan senior, maupun senior dengan junior. Memberikan dedikasi dan menanamkan rasa kebersamaan baik nasional maupun internasional.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti “Daijobu” Bagaimana dan Kapan Menggunakannya!? “Daijobu” dalam karakter kanji, tertulis sebagai “大” (dai) yang artinya besar, 丈 (jo) atau tinggi, dan 夫 (bu) yang berarti suami. Pada asal mulanya, tiga simbol karakter ini (大丈夫 / daijoubu) sebenarnya berartikan pria bangsawan, tetapi setelah bertahun-tahun, artinya telah berubah total. Kita mengutarakan “daijobu” ketika kita memberi tahu orang lain bahwa kita baik-baik saja, dan tidak perlu khawatir karena semuanya baik-baik. Contohnya: “Sudah setengah jam berlalu. Apakah kamu benar-benar bisa sampai tepat waktu?” – “Daijobu desu”. “Saya dengar kamu sudah sakit flu satu minggu. Sekarang sudah sembuh?” – “Daijobu desu”. “Saya sangat menyesal tentang hal kemarin. Ma’af.” – “Daijoubu desu.” “Desu” adalah kata tata bahasa yang digunakan sebagai bagian dari kalimat setelah kata sifat atau kata benda. Dalam bahasa Indonesia, itu seperti mengatakan “Ini adalah (kata benda)”. Akan tetapi, orang Jepang belakangan ini telah menggunakan daijobu secara berlebihan, dan arti kata sebenarnya menjadi tidak jelas, dan sedikit membingungkan bagi para pelajar bahasa Jepang. Jadi, mari kita lihat situasi seperti apa saja di mana orang zaman sekarang menggunakan daijobu. Alasan mengapa orang Jepang suka menggunakan kata ajaib ini, seringkali dilengkapi dengan “desu” untuk menandakan tata bahasa yang benar, adalah karena daijobu itu dapat berarti baik “ya” dan “tidak”. Dan itu terutama karena budaya Jepang itu sendiri yang memungkinkan mereka untuk berprilaku demikian. Orang Jepang selalu berusaha membaca situasi, berdamai, dan menghindari masalah, dan daijobu merupakan cara terbaik untuk menyiapkan jawaban yang paling aman dalam segala situasi. Tapi, adalah penting untuk menunjukkan dengan jelas apakah Anda bermaksud memakainya dengan makna positif atau negatif dengan ekspresi wajah atau gerakan tubuh Anda. Mungkin lebih mudah bagi para pemula pelajar Jepang untuk mencoba menggunakan “daijobu desu” sebagai langkah pertama untuk menerima sesuatu, dan “tidak, terima kasih” untuk menolak sesuatu, atau meyakinkan seseorang bahwa Anda baik-baik saja. Namun, harap berhati-hati untuk tidak menggunakannya secara berlebihan, terutama dalam berbisnis, karena ini adalah kata yang tidak formal. Tetapi janganlah ragu menggunakannya sewaktu latihan berbicara dengan teman-teman Jepang Anda! . 1. Restoran Ketika seorang pelayan bertanya “Apakah Anda mau tambah airnya?”, orang-orang sering menjawab “daijobu desu” untuk menandakan, “Tidak usah, terima kasih”, atau secara verbatim “Saya baik-baik”. Tapi apabila mereka bertanya “Boleh saya tambah airnya ke gelasnya?”, ini sangat membingungkan apa arti “daijobu” yang sebenarya ditujukan. Apakah mereka menolak atau menerima layanan sang pelayan itu? Seringkali, Anda harus mendengar intonasi nada pembicara ataupun gerakan tubuh mereka. Untuk menghindari kekeliruan, apabila Anda mau ditambahkan airnya, dalam situasi seperti ini lebih baik menjawab hai, onegaishimasu (iya, tolong tambahkan) atau iie, kekkou desu (tidak, terima kasih). Nah, jadi minasan harus bisa membaca situasi juga ya, agar tidak salah mengartikan. . 2. Menerima bantuan Ada seseorang sedang bersepeda dan terjatuh. Kemudian seorang pelintas jalan bergegas menolongnya. Ia bertanya “daijobu desu ka?” (Tambahan kata “ka” di akhir kalimat Jepang menandakan sebuah pertanyaan; jadi “daijoubu desu ka” berarti “Apakah Anda tidak apa-apa/baik-baik?”). Bila ia tidak terluka, ia akan menjawab dengan “daijobu desu” untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Jika kantung belanjaan seorang ibu tiba-tiba terjatuh, dan ada orang melihat dan mau membantu mengambil barang belanjaannya, ibu itu mungkin berkata “daijobu desu!” atau “tidak apa-apa / saya akan ambil sendiri / saya baik-baik saja”. Tapi dalam situasi ini, Anda akan jauh lebih mungkin mendengar “arigato gozaimasu!” (Terima kasih banyak)!Ketika seorang pelayan bertanya “Apakah Anda mau tambah airnya?”, orang-orang sering menjawab “daijobu desu” untuk menandakan, “Tidak usah, terima kasih”, atau secara verbatim “Saya baik-baik”. Tapi apabila mereka bertanya “Boleh saya tambah airnya ke gelasnya?”, ini sangat membingungkan apa arti “daijobu” yang sebenarya ditujukan. Apakah mereka menolak atau menerima layanan sang pelayan itu? Seringkali, Anda harus mendengar intonasi nada pembicara ataupun gerakan tubuh mereka. Untuk menghindari kekeliruan, apabila Anda mau ditambahkan airnya, dalam situasi seperti ini lebih baik menjawab hai, onegaishimasu (iya, tolong tambahkan) atau iie, kekkou desu (tidak, terima kasih). Nah, jadi minasan harus bisa membaca situasi juga ya, agar tidak salah mengartikan. Mau sukses dan dapat beasiswa sekolah di Jepang ? Gabung Tensai sekarang juga, jangan sampai salah pilih ya! Informasi dan Pendaftaran CS : 0813 1704 3583 / 0822-9796-6284 WhatsApps : https://bit.ly/3nSPUB7 Instagram : @kursusjepangkarawang Web : www.tensai-indonesia.com Line : tensainihongo #edukasi #bahasajepang #Nihon #NIhongo #bunka #kursusonline #bahasa #indonesia #kursusjepangkarawang #tensai #anime #otaku #wibu #kanji #hiragana #Katakana #jlptn5anji #hiragana #Katakana #jlptn5

Arti “Daijobu” Bagaimana dan Kapan Menggunakannya!? “Daijobu” dalam karakter kanji, tertulis sebagai “大” (dai) yang artinya besar, 丈 (jo) atau tinggi, dan 夫 (bu) yang berarti suami. Pada asal mulanya, tiga simbol karakter ini (大丈夫 / daijoubu) sebenarnya berartikan pria bangsawan, tetapi setelah bertahun-tahun, artinya telah berubah total. Kita mengutarakan “daijobu” ketika kita memberi tahu orang lain bahwa kita baik-baik saja, dan tidak perlu khawatir karena semuanya baik-baik. Contohnya: “Sudah setengah jam berlalu. Apakah kamu benar-benar bisa sampai tepat waktu?” – “Daijobu desu”. “Saya dengar kamu sudah sakit flu satu minggu. Sekarang sudah sembuh?” – “Daijobu desu”. “Saya sangat menyesal tentang hal kemarin. Ma’af.” – “Daijoubu desu.” “Desu” adalah kata tata bahasa yang digunakan sebagai bagian dari kalimat setelah kata sifat atau kata benda. Dalam bahasa Indonesia, itu seperti mengatakan “Ini adalah (kata benda)”. Akan tetapi, orang Jepang belakangan ini telah menggunakan daijob...

Hakama (袴) adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki. Dipakai sebagai pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki. Anak laki-laki mengenakannya sewaktu merayakan Shichi-Go-San. Montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan setelan baju pengantin pria tradisional. Di kalangan olahraga bela diri tradisional seperti kendo, aikido, dan kyūdō, hakama dipakai oleh pria dan wanita. Ketika tidak sedang bergulat, pesumo mengenakan kimono dan hakama ketika tampil di muka umum. Di kalangan Shinto, setelan kimono dan hakama adalah pakaian resmi kannushi dan miko. Bentuk Hakama dibuat dari dua lembar kain polos berbentuk trapesium. Bagian depan diploi, 3 dari sisi kiri, dan 3 dari sisi kanan. Bagian belakang tidak diploi, namun dibagi menjadi bagian kiri dan kanan. Kain bagian depan dan kain bagian belakang, dari pinggang ke lutut dibiarkan tidak dijahit, dan hanya dijahit dari bagian lutut ke bawah. Pada kain bagian belakang terdapat koshi-ita yang berbentuk trapesium dari papan atau kain keras yang dilapis kain. Di bawah koshi-ita dilengkapi sendok sepatu berukuran kecil yang disebut hera. Kegunaannya untuk diselipkan ke obi agar hakama tidak melorot. Hakama dikencangkan dengan empat buah tali, dua buah tali yang lebih panjang terdapat di bagian depan, kiri dan kanan, sementara dua tali yang lebih pendek terdapat di bagian belakang, kiri dan kanan. Sejarah Walaupun sekarang dikenakan oleh pria dan wanita, hakama hingga zaman Edo hanya dipakai oleh pria. Laki-laki zaman zaman Yayoi mengenakan pakaian bagian bawah seperti celana panjang. Dari situs arkeologi ditemukan haniwa yang mengenakan pakaian seperti celana. Hakama yang dikenal orang sekarang, berasal dari celana yang dikenakan samurai sekitar zaman Kamakura. Ketika itu ada berbagai model hakama, di antaranya umanoribakana untuk menunggang kuda, nobakama, dan hakama untuk kendo. Tradisi mahasiswi mengenakan koburisode dan hakama ketika diwisuda merupakan peninggalan zaman Meiji. Ketika itu, perempuan mulai diizinkan bersekolah, dan mereka mengenakan kimono sewaktu pergi ke sekolah. Ketika duduk di kursi, bagian bawah kimono menjadi tidak rapi. Kementerian Pendidikan Jepang sewaktu mendirikan sekolah putri, menetapkan setelan kimono dan hakama yang dulunya hanya dipakai pria, sebagai seragam untuk murid perempuan dan guru wanita. Mau sukses dan dapat beasiswa sekolah di Jepang ? Gabung Tensai sekarang juga, jangan sampai salah pilih ya! Informasi dan Pendaftaran CS : 0813 1704 3583 / 0822-9796-6284 WhatsApps : https://bit.ly/3nSPUB7 Instagram : @kursusjepangkarawang Web : www.tensai-indonesia.com Line : tensainihongo #edukasi #bahasajepang #Nihon #NIhongo #bunka #kursusonline #bahasa #indonesia #kursusjepangkarawang #tensai #anime #otaku #wibu #kanji #hiragana #Katakana #jlptn5

Hakama (袴) adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki. Dipakai sebagai pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki. Anak laki-laki mengenakannya sewaktu merayakan Shichi-Go-San. Montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan setelan baju pengantin pria tradisional. Di kalangan olahraga bela diri tradisional seperti kendo, aikido, dan kyūdō, hakama dipakai oleh pria dan wanita. Ketika tidak sedang bergulat, pesumo mengenakan kimono dan hakama ketika tampil di muka umum. Di kalangan Shinto, setelan kimono dan hakama adalah pakaian resmi kannushi dan miko. Bentuk Hakama dibuat dari dua lembar kain polos berbentuk trapesium. Bagian depan diploi, 3 dari sisi kiri, dan 3 dari sisi kanan. Bagian belakang tidak diploi, namun dibagi menjadi bagian kiri dan kanan. Kain bagian depan dan kain bagian belakang, dari pinggang ke lutut d...