Langsung ke konten utama

Kursus Bahasa Jepang Sakuragi

Sakura JLC adalah lembaga pendidikan Bahasa Jepang yang menggabungkan kualitas tinggi tenaga pengajar, metode mengajar professional, sarana belajar yang lengkap, materi teruji dan suasana yang nyaman untuk belajar. Dengan mengusung satu konsep belajar yang lebih melibatkan sisi emosi siswa,
memanfaatkan panca indera secara aktif, mengkondisikan lingkungan aktif berbahasa asing, dengan target penguasaan bahasa Jepang yang masuk dalam long term memory (ingatan jangka panjang) dan dalam pronouncation(pelafalan) yang tepat serta applicable (dapat diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan.

Website: www.sakurajlc.com

Selain itu kita juga fokus dalam percepatan penguasaan bahasa Jepang, tidak dengan bentuk menghidangkan menu belajar yang seabrek, tetapi dalam bentuk “memandu” belajar dan mengajarkan “cara belajar” bahasa Jepang yang efektif. Sehingga belajar bahasa Jepang tidak hanya dilakukan ketika jam kursus berlangsung saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar jam-jam tersebut secara aktif otodidak, dengan tetap membuka komunikasi dengan siswa kapanpun mereka mendapat kesulitan ketika belajar.

Nama Lembaga


SAKURA Japanese Learning Center di bawah CV.Kyouiku Kaihatsu Indonesia

Tgl.Pendirian lembaga: 8 Januari 2012

Lokasi: 

Kantor Pusat : Jl.Jati Raya No.25 Bekasi Selatan, Indonesia.

Cabang 1       : Jl.BambuKuning No.18 Sepanjang Jaya, Rawalumbu Bekasi Timur,Indonesia.

Cabang 2       : Ruko Permata Jl. Hasanudin Blok A2-17, Samping Hotel @Hom dan Plaza Metropolitan.

Bidang keahlian

       Jasa pelatihan/ kursus Bahasa Jepang untuk kelas regular, privat dan juga in house training, pelatihan Bahasa Indonesia untuk expatriate, penerjemahan dokumen, penerjemahan lisan, training profesi, kaizen, pembuatan materi,alat-alat dan buku untuk pelatihan Bahasa Jepang dan jasa lainnya yang terkait dengan Bahasa Jepang dan budaya kerja masyarakat Jepang.

      Metode belajar dan konsep yang kami usung ibarat magnet kuat yang menarik banyak siswa untuk belajar bahasa Jepang. Dalam waktu pendek jumlah siswa terus bertambah, bahkan terkadang hingga waiting list yang cukup panjang karena ruang kelas yang penuh semua.

      Saat ini (per-des 2015), 85% siswa kami adalah karyawan dan selebihnya adalah mahasiswa dan juga pelajar. Pilihan kelas yang banyak di hari libur dan malam hari juga jadi satu tawaran yang menarik bagi para karyawan terutama yang waktu belajarnya sudah terbatas di hari kerja. Kedepannya kami akan terus berinovasi, meramu konsep-konsep belajar yang lebih efektif dan inovatif lagi. Terus membenahi tenaga pengajar, modul dan metode belajar akan tetap jadi fokus utama kami demi menjamin kepuasan pelanggan (siswa) yang telah mempercayakan kami. Adapun VISI & MISI kami pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

VISI

  • Menjadi pusat belajar(jasa) bahasa asing pada umumnya dan bahasa Jepang pada khususnya yang berkualitas tinggi, handal dan inovatif

MISI

  • Mengembangkan metode belajar bahasa asing yang efektif, mudah diingat dan sulit lupa
  • Menciptakan kondisi yang sangat nyaman untuk mendukung kegiatan belajar mengajar
  • Selalu memprioritaskan pada pembentukan tenaga pengajar yang berkompeten dan berkualitas tinggi
  • Mengembangkan alat-alat pembelajaran yang kreatif
  • Memberikan layanan terbaik dan hasil terbaik pada seluruh customer

PENDIRI :

  1. Gagat Sukmono, B.Eng. Lulusan Universitas Shinshu, Perfektur Nagano, Jepang. Spesialisasi di bidang Teknik Lingkungan cabang Sel Surya. 6 Tahun bekerja di PMA Jepang sebagai Engineer + Penerjemah Bahasa Jepang.Penulis buku “Manufacture Terms and Common Expressions (Jpn-Idn)”.
  2. Roza Amelia, B.Eng. Lulusan Universitas Gifu, Perfektur Gifu, Jepang. Spesialisi di bidang Teknik Sipil cabang Sanitasi & Air bersih. 5 Tahun bekerja sebagai penerjemah lepas.Penulis buku “Manufacture Terms and Common Expressions (Jpn-Idn)”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursus Bahasa Jepang IMC

International Multicultural (I’Mc) Center adalah tempat belajar bahasa Jepang dan budaya Jepang di Surabaya. I’Mc Center berusaha menjadi sebuah wadah untuk masyarakat Indonesia yang ingin belajar Bahasa Jepang serta budayanya serta menjadi sumber informasi bagi pelajar yang ingin melanjutkan study ke Jepang. Selain itu,I’Mc Center juga merupakan publisher tunggal buku Bahasa Jepang Minna no Nihongo di Indonesia yang selalu digunakan sebagai buku teks di program studi jurusan Bahasa Jepang di seluruh universitas Indonesi.  Sumber: http://www.imccsub.com/tentang-i-mc.html

Arti “Daijobu” Bagaimana dan Kapan Menggunakannya!? “Daijobu” dalam karakter kanji, tertulis sebagai “大” (dai) yang artinya besar, 丈 (jo) atau tinggi, dan 夫 (bu) yang berarti suami. Pada asal mulanya, tiga simbol karakter ini (大丈夫 / daijoubu) sebenarnya berartikan pria bangsawan, tetapi setelah bertahun-tahun, artinya telah berubah total. Kita mengutarakan “daijobu” ketika kita memberi tahu orang lain bahwa kita baik-baik saja, dan tidak perlu khawatir karena semuanya baik-baik. Contohnya: “Sudah setengah jam berlalu. Apakah kamu benar-benar bisa sampai tepat waktu?” – “Daijobu desu”. “Saya dengar kamu sudah sakit flu satu minggu. Sekarang sudah sembuh?” – “Daijobu desu”. “Saya sangat menyesal tentang hal kemarin. Ma’af.” – “Daijoubu desu.” “Desu” adalah kata tata bahasa yang digunakan sebagai bagian dari kalimat setelah kata sifat atau kata benda. Dalam bahasa Indonesia, itu seperti mengatakan “Ini adalah (kata benda)”. Akan tetapi, orang Jepang belakangan ini telah menggunakan daijobu secara berlebihan, dan arti kata sebenarnya menjadi tidak jelas, dan sedikit membingungkan bagi para pelajar bahasa Jepang. Jadi, mari kita lihat situasi seperti apa saja di mana orang zaman sekarang menggunakan daijobu. Alasan mengapa orang Jepang suka menggunakan kata ajaib ini, seringkali dilengkapi dengan “desu” untuk menandakan tata bahasa yang benar, adalah karena daijobu itu dapat berarti baik “ya” dan “tidak”. Dan itu terutama karena budaya Jepang itu sendiri yang memungkinkan mereka untuk berprilaku demikian. Orang Jepang selalu berusaha membaca situasi, berdamai, dan menghindari masalah, dan daijobu merupakan cara terbaik untuk menyiapkan jawaban yang paling aman dalam segala situasi. Tapi, adalah penting untuk menunjukkan dengan jelas apakah Anda bermaksud memakainya dengan makna positif atau negatif dengan ekspresi wajah atau gerakan tubuh Anda. Mungkin lebih mudah bagi para pemula pelajar Jepang untuk mencoba menggunakan “daijobu desu” sebagai langkah pertama untuk menerima sesuatu, dan “tidak, terima kasih” untuk menolak sesuatu, atau meyakinkan seseorang bahwa Anda baik-baik saja. Namun, harap berhati-hati untuk tidak menggunakannya secara berlebihan, terutama dalam berbisnis, karena ini adalah kata yang tidak formal. Tetapi janganlah ragu menggunakannya sewaktu latihan berbicara dengan teman-teman Jepang Anda! . 1. Restoran Ketika seorang pelayan bertanya “Apakah Anda mau tambah airnya?”, orang-orang sering menjawab “daijobu desu” untuk menandakan, “Tidak usah, terima kasih”, atau secara verbatim “Saya baik-baik”. Tapi apabila mereka bertanya “Boleh saya tambah airnya ke gelasnya?”, ini sangat membingungkan apa arti “daijobu” yang sebenarya ditujukan. Apakah mereka menolak atau menerima layanan sang pelayan itu? Seringkali, Anda harus mendengar intonasi nada pembicara ataupun gerakan tubuh mereka. Untuk menghindari kekeliruan, apabila Anda mau ditambahkan airnya, dalam situasi seperti ini lebih baik menjawab hai, onegaishimasu (iya, tolong tambahkan) atau iie, kekkou desu (tidak, terima kasih). Nah, jadi minasan harus bisa membaca situasi juga ya, agar tidak salah mengartikan. . 2. Menerima bantuan Ada seseorang sedang bersepeda dan terjatuh. Kemudian seorang pelintas jalan bergegas menolongnya. Ia bertanya “daijobu desu ka?” (Tambahan kata “ka” di akhir kalimat Jepang menandakan sebuah pertanyaan; jadi “daijoubu desu ka” berarti “Apakah Anda tidak apa-apa/baik-baik?”). Bila ia tidak terluka, ia akan menjawab dengan “daijobu desu” untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Jika kantung belanjaan seorang ibu tiba-tiba terjatuh, dan ada orang melihat dan mau membantu mengambil barang belanjaannya, ibu itu mungkin berkata “daijobu desu!” atau “tidak apa-apa / saya akan ambil sendiri / saya baik-baik saja”. Tapi dalam situasi ini, Anda akan jauh lebih mungkin mendengar “arigato gozaimasu!” (Terima kasih banyak)!Ketika seorang pelayan bertanya “Apakah Anda mau tambah airnya?”, orang-orang sering menjawab “daijobu desu” untuk menandakan, “Tidak usah, terima kasih”, atau secara verbatim “Saya baik-baik”. Tapi apabila mereka bertanya “Boleh saya tambah airnya ke gelasnya?”, ini sangat membingungkan apa arti “daijobu” yang sebenarya ditujukan. Apakah mereka menolak atau menerima layanan sang pelayan itu? Seringkali, Anda harus mendengar intonasi nada pembicara ataupun gerakan tubuh mereka. Untuk menghindari kekeliruan, apabila Anda mau ditambahkan airnya, dalam situasi seperti ini lebih baik menjawab hai, onegaishimasu (iya, tolong tambahkan) atau iie, kekkou desu (tidak, terima kasih). Nah, jadi minasan harus bisa membaca situasi juga ya, agar tidak salah mengartikan. Mau sukses dan dapat beasiswa sekolah di Jepang ? Gabung Tensai sekarang juga, jangan sampai salah pilih ya! Informasi dan Pendaftaran CS : 0813 1704 3583 / 0822-9796-6284 WhatsApps : https://bit.ly/3nSPUB7 Instagram : @kursusjepangkarawang Web : www.tensai-indonesia.com Line : tensainihongo #edukasi #bahasajepang #Nihon #NIhongo #bunka #kursusonline #bahasa #indonesia #kursusjepangkarawang #tensai #anime #otaku #wibu #kanji #hiragana #Katakana #jlptn5anji #hiragana #Katakana #jlptn5

Arti “Daijobu” Bagaimana dan Kapan Menggunakannya!? “Daijobu” dalam karakter kanji, tertulis sebagai “大” (dai) yang artinya besar, 丈 (jo) atau tinggi, dan 夫 (bu) yang berarti suami. Pada asal mulanya, tiga simbol karakter ini (大丈夫 / daijoubu) sebenarnya berartikan pria bangsawan, tetapi setelah bertahun-tahun, artinya telah berubah total. Kita mengutarakan “daijobu” ketika kita memberi tahu orang lain bahwa kita baik-baik saja, dan tidak perlu khawatir karena semuanya baik-baik. Contohnya: “Sudah setengah jam berlalu. Apakah kamu benar-benar bisa sampai tepat waktu?” – “Daijobu desu”. “Saya dengar kamu sudah sakit flu satu minggu. Sekarang sudah sembuh?” – “Daijobu desu”. “Saya sangat menyesal tentang hal kemarin. Ma’af.” – “Daijoubu desu.” “Desu” adalah kata tata bahasa yang digunakan sebagai bagian dari kalimat setelah kata sifat atau kata benda. Dalam bahasa Indonesia, itu seperti mengatakan “Ini adalah (kata benda)”. Akan tetapi, orang Jepang belakangan ini telah menggunakan daijob...

Hakama (袴) adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki. Dipakai sebagai pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki. Anak laki-laki mengenakannya sewaktu merayakan Shichi-Go-San. Montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan setelan baju pengantin pria tradisional. Di kalangan olahraga bela diri tradisional seperti kendo, aikido, dan kyūdō, hakama dipakai oleh pria dan wanita. Ketika tidak sedang bergulat, pesumo mengenakan kimono dan hakama ketika tampil di muka umum. Di kalangan Shinto, setelan kimono dan hakama adalah pakaian resmi kannushi dan miko. Bentuk Hakama dibuat dari dua lembar kain polos berbentuk trapesium. Bagian depan diploi, 3 dari sisi kiri, dan 3 dari sisi kanan. Bagian belakang tidak diploi, namun dibagi menjadi bagian kiri dan kanan. Kain bagian depan dan kain bagian belakang, dari pinggang ke lutut dibiarkan tidak dijahit, dan hanya dijahit dari bagian lutut ke bawah. Pada kain bagian belakang terdapat koshi-ita yang berbentuk trapesium dari papan atau kain keras yang dilapis kain. Di bawah koshi-ita dilengkapi sendok sepatu berukuran kecil yang disebut hera. Kegunaannya untuk diselipkan ke obi agar hakama tidak melorot. Hakama dikencangkan dengan empat buah tali, dua buah tali yang lebih panjang terdapat di bagian depan, kiri dan kanan, sementara dua tali yang lebih pendek terdapat di bagian belakang, kiri dan kanan. Sejarah Walaupun sekarang dikenakan oleh pria dan wanita, hakama hingga zaman Edo hanya dipakai oleh pria. Laki-laki zaman zaman Yayoi mengenakan pakaian bagian bawah seperti celana panjang. Dari situs arkeologi ditemukan haniwa yang mengenakan pakaian seperti celana. Hakama yang dikenal orang sekarang, berasal dari celana yang dikenakan samurai sekitar zaman Kamakura. Ketika itu ada berbagai model hakama, di antaranya umanoribakana untuk menunggang kuda, nobakama, dan hakama untuk kendo. Tradisi mahasiswi mengenakan koburisode dan hakama ketika diwisuda merupakan peninggalan zaman Meiji. Ketika itu, perempuan mulai diizinkan bersekolah, dan mereka mengenakan kimono sewaktu pergi ke sekolah. Ketika duduk di kursi, bagian bawah kimono menjadi tidak rapi. Kementerian Pendidikan Jepang sewaktu mendirikan sekolah putri, menetapkan setelan kimono dan hakama yang dulunya hanya dipakai pria, sebagai seragam untuk murid perempuan dan guru wanita. Mau sukses dan dapat beasiswa sekolah di Jepang ? Gabung Tensai sekarang juga, jangan sampai salah pilih ya! Informasi dan Pendaftaran CS : 0813 1704 3583 / 0822-9796-6284 WhatsApps : https://bit.ly/3nSPUB7 Instagram : @kursusjepangkarawang Web : www.tensai-indonesia.com Line : tensainihongo #edukasi #bahasajepang #Nihon #NIhongo #bunka #kursusonline #bahasa #indonesia #kursusjepangkarawang #tensai #anime #otaku #wibu #kanji #hiragana #Katakana #jlptn5

Hakama (袴) adalah pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki. Dipakai sebagai pakaian bagian bawah, hakama merupakan busana resmi pria untuk menghadiri acara formal seperti upacara minum teh, pesta pernikahan, dan seijin shiki. Anak laki-laki mengenakannya sewaktu merayakan Shichi-Go-San. Montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan setelan baju pengantin pria tradisional. Di kalangan olahraga bela diri tradisional seperti kendo, aikido, dan kyūdō, hakama dipakai oleh pria dan wanita. Ketika tidak sedang bergulat, pesumo mengenakan kimono dan hakama ketika tampil di muka umum. Di kalangan Shinto, setelan kimono dan hakama adalah pakaian resmi kannushi dan miko. Bentuk Hakama dibuat dari dua lembar kain polos berbentuk trapesium. Bagian depan diploi, 3 dari sisi kiri, dan 3 dari sisi kanan. Bagian belakang tidak diploi, namun dibagi menjadi bagian kiri dan kanan. Kain bagian depan dan kain bagian belakang, dari pinggang ke lutut d...